Sabtu, 25 Mei 2013

komunikasi Sosial di antara siswa



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan pendidikan tidak semudah yang dikatakan. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan yang akan selalu berubah seiring dengan perubahan jaman dari waktu kewaktu. Setiap saat pendidikan selalu menjadi fokus perhatian dalam berbagai aspek masyarakat dan bahkan tak jarang menjadi sasaran ketidak puasan. Itulah mengapa pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan masyarakat.
Sekolah (sebagai instistusi pendidikan dimana proses pendidikan dilaksanakan) Fungsi sekolah adalah tempat belajar mengembangkan kecakapan intelektual, serta tempat berlangsungnya proses pendewasaan sosial” (Arikunto 1994:183). Hal tersebut masih menghadapi berbagai permasalahan Diantaranya adalah permasalahan ketenagaan khususnya guru seperti kurangnya jumlah guru, ketidak sesuaian latar belakang pendidikan, kompetensi guru, pemberdayaan dan kinerjanya. Banyak faktor yang berkaitan dengan guru tentu menuntut perhatian berbagai pihak terutama adalah kinerjanya. Faktor ini sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar karena sebaik-baiknya kurikulum atau bahan ajar, manakala seorang guru kurang baik tentu tidak akan menghasilkan pendidikan yang optimal dengan sesuai harapan. Dengan demikian, idealnya setiap guru harus mempunyai kompetensi kependidikan yang memadai dalam proses pembelajaran.
Mengenai kompetensi, Muhammad Surya dalam Undang (2008:16) mengatakan bahwa “kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas professional”. Selanjutnya, Muhammad Surya dalam Undang (2008:17) melanjutkan bahwa “kompetensi meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi, pelatihan dan pengalaman professional”.
Diantara kompetensi yang sangat menunjang jabatan dan profesi guru adalah kompetensi paedagogik dan kompetensi profesi. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik dengan berbasis pendekatan yang bersifat mendidik sehingga melaksanakan fungsi profesionalnya dengan lebih efektif. Kompetensi pedagogik akan tercermin dalam penampilan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya, baik di dalam maupun di luar kelas. Kompetensi ini ditunjang oleh tingkat wawasan guru dalam konsep-konsep pendidikan, pemahaman terhadap peserta didik, penguasaan strategi melaksanakan tugas mendidik khususnya dalam pembelajaran, dan kemampuan mengembangkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Semua penunjang itu berbasis kepada kualitas watak kepribadian guru sebagai fondasi kinerja guru secara keseluruhan.
Pembelajaran yang bersifat mendidik dan dialogis merupakan pembelajaran bukan hanya menyampaikan sejumlah informasi dari guru kepada peserta didik, melainkan lebih luas yaitu bersifat mendidik. Untuk itu, proses pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang bersifat mendidik melalui interaksi yang bersifat dialogis. Bersifat mendidik dalam arti pembelajaran yang berlangsung dalam suasana mendidik sehingga semua peserta didik mendapatkan pelayanan untuk berkembang serta beraktualisasi secara optimal sesuai dengan karakteristik masing-masing. Secara dialogis mengandung makna bahwa pembelajaran harus berlangsung dalam suasana interaksi antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik dalam suasana yang saling pengertian. Melalui diskusi yang dinamis ini, peserta didik diharapkan dapat memahami dirinya sendiri dan mampu mengembangkan potensi dirinya ke arah yang diharapkan.
Dengan demikian, salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kemampuan berkomunikasi, terutama kemampuan bertanya yang menstimulasi para siswa untuk merespon maupun untuk mengeksplorasi sejauh mana pengetahuan siswa mengenai sebuah materi yang ditindak lanjuti dengan kegiatan pembelajaran yang komunikatif sehingga siswa dapat terbantu memahami sebuah konsep.
Guru sebagai tenaga operasional pendidikan merupakan ujung tombak di dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Guru yang  professional adalah guru yang dapat melakukan tugas mengajarnya dengan baik. Dalam mengajar diperlukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk kelancaran proses belajar mengajar secara efektif dan efisisien. Keterampilan-keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru, antara lain :
1.      Keterampilan membuka dan menutup kegiatan.
2.      Keterampilan menjelaskan.
3.      Keterampilan bertanya.
4.      Ketrampilan memberi penguatan.
5.      Keterampilan menggunakan media pembelajaran.
6.      Keterampilan membimbng diskusi dan kelompok kecil.
7.      Keterampilan mengelola kelas.
8.      Keterampila mengadakan variasi.
9.      Keterampilan mengajar mengorangan dan kelompok kecil.
Udin S.Saud dan Cicih Sutarsih (2007: 56)

Selain Guru adapun faktor lain yang sama pentingnya berpengaruh terhadap kelangsungan belajar mengajar diantarannya yaitu metode. Penggunaan metode yang memberikan nuansa baru saat ini sangat dibutuhkan oleh siswa. Terutama untuk mengatasi kebosanan siswa dengan penggunaan pengajaran yang konvensional.
Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian umum, metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakkan fakta-fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Menurut Sanjaya (2008:33) metode adalah “a way in achieving something”. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Yamin (2007: 133) mengemukakan bahwa “Dalam proses belajar mengajar guru dihadapkan untuk memilih metode dari sekian banyak metode yang telah ditemui oleh para ahli sebelum ia menyapaikan materi pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran”.
Dalam hal ini metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi insruksional, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Menurut Yamin (2007: 145) mengemukakan bahwa : “Metode diskusi merupakan interaksi antara siswa dan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahn tertentu”.
Metode diskusi ini sejalan Dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pada Pasal  4 ayat 1, menyatakan bahwa “Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjungjung tinggi hak asasi manusia, nilai agama, nilai kultur, dan kemajemukan bangsa”.  Metode diskusi menuntut siswa untuk berkomunikasi secara aktif.
Komunikasi sebenarnya merupakan proses personal, karena makna atau pemahaman yang didapat pada dasarnya bersifat pribadi. Namun demikian komunikasi bersifat dinamis, itulah sebabnya komunikasi sebagai tarnsaksi yang lebih sesuai untuk komunikasi tatap muka dalam proses pembelajaran. Sehingga respon verbal dan non verbal bisa langsung diketahui oleh pendidik atau guru. Komunikasi ini menekan pada komunikasi dua arah dimana penerima serta makna pesan bagi guru dan peserta didik dapat mengubah kualitas pemahaman terhadap materi pelajaran. Cole dan Chan menyatakan bahwa “Prinsip komunikasi merupakan prinsip pertama dalam pengajaran maupun pembelajaran” Sagala (2011:172)
Salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah adalah PKn (Pendidikan Kewarganegaraan). PKn merupakan mata pelajaran yang diharapkan mampu memberi input kepada para siswa agar memiliki pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, cerdas terampil, dan berkepribadian yang baik. Selain hal itu dalam pelajaran PKn siswa diharapkan mempunyai komunikasi sosial baik diantara siswa maupun  di lingkungan masing-masing siswa SMAN 3 Garut. Terkait guru mata pelajaran PKn di SMAN 3 Garut dalam melakukan kegiatan belajar mengajar selalu menggunakan metode diskusi dengan menanamkan nilai-nilai demokratis kepada siswa.
Dengan latar belakang yang di paparkan diatas penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian terkait dengan kontribusi metode diskusi dalam peningkatan komunikasi sosial siswa yang dituangkan ke dalam skripsi yang berjudul “KONTRIBUSI METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI SOSIAL DIANTARA PESERTA DIDIK SMAN 3 GARUT”.
B.     Rumusan Dan Pembatasan Masalah
1.      Rumusan Masalah
Secara umum permasalahan dalam penelitian ini ialah Bagaimana kontribusi metode diskusi dalam meningkatkan komunikasi sosial diantara peserta didik kelas X SMA 3 Garut.


2.      Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan penelitian, penulis mengidentisifikasi masalah secara spesifik permasalahan dapat dirumuskan  sebagai berikut :
a.       Bagaimana pelaksanaan metode diskusi di SMAN 3 Garut?
b.      Bagaimana keterlibatan peserta didik dalam mengikuti  metode diskusi?
c.       Bagimana kontribusi metode diskusi dalam meningkatkan komunikasi sosial diantara peserta didik SMAN 3 Garut?

C.    Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1.      Tujuan Umum Penelitian
a.      Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan umum penelitian ini adalah ingin mengetahui kontribusi metode diskusi dalam meningkatkan komunikasi sosial diantara peserta didik SMAN 3 Garut.
b.      Tujuan Khusus
Sealur dengan sub masalah di atas, tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.       Ingin mengetahui pelaksanaan metode diskusi di SMAN 3 Garut.
b.      Ingin mengetahui keterlibatan peserta didik dalam mengikuti  metode diskusi.
c.       Ingin mengetahui kontribusi metode diskusi dalam meningkatkan komunikasi sosial diantara peserta didik SMAN 3 Garut.

2.      Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian dan penulisan skripsi ini diharapkan mempunyai kegunaan, diantaranya sebagai berikut :
1.      Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi pengetahuan tentang model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran PKn.
2.      Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a.    Bagi instansi sekolah
Dapat memberikan gambaran mengenai kondisi dan potensi yang dimiliki siswa di sekolahnya, juga sebagai bahan masukan untuk melakukan supervisi dalam pembinaan kelas, khususnya pada mata pelajaran PKn.
b.    Bagi guru
Setelah mengetahui kinerja guru, diharapkan mampu melakukan upaya pembaharuan dalam proses pembelajaran di kelas, serta guru dapat mengembangkan kemampuan profesionalnya.
c.    Bagi Peserta Didik
Siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas serta mampu menerapkan komunikasi yang baik diantara siswa.
d.   Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman yang dapat menumbuhkan keterampilan dalam melakukan suatu penelitian, serta penulis dapat memahami lebih dalam mengenai penelitian ini.
D.    Variabel Dan Indikator Penelitian
1.      Variabel
Mengenai variabel penulisan mengacu pada pendapat Suharsimi Ari Kunto (2006:101) yang mengatakan bahwa “Variabel bebas disebut variabel penyebab/variabel (x) yaitu variabel yang diselidiki pengaruhnya. Variabel akibat (y) yang diramalkan akan timbul hubungan yang fungsional akibat variable bebas”.
Jika dikaitkan dengan judul penelitian ini maka di tentukan variabel - variabelnya sebagai berkut :
a.       Variabel Bebas (X), yaitu ”Metode Diskusi”,
b.      Variabel Terikat (Y), yaitu ”Komunikasi Sosial
2.      Indikator
Jika dikaitkan dengan judul penelitian ini maka di tentukan Indikator sebagai berkut :
1.      Variabel Bebas (X), yaitu ”Metode Diskusi”, Indikatornya adalah sebagai berikut :
a.       Mendorong minat peserta didik terhadap pelajaran yang diikuti
b.      Mendorong peserta didik untuk berpikir kritis
c.       Mendorong peserta didik untuk mengeluarkan pendapat secara bebas
d.      Mendorong peserta didik untuk berkomunikasi anatara guru dan peserta didik lainnya.
  1. Variabel Terikat (Y), yaitu ”Komunikasi Sosial”, Indikatornya adalah sebagai berikut:
a.       Menyerasikan pendapat yang berbeda
b.      Mengurangi kesalah pahaman
c.       Mempertemukan berbagai kepentingan antar personal
Phil Astrid Susanto (1990:2)
E.     Anggapan Dasar dan Hipotesis
1.      Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah ”suatu hal yang di yakini secara jelas” (Suharsimi Ariuknto, 2006:59).
Bertitik tolak dalam pemikiran penelitian ini, penulis menganggap perlu mengemukakan asumsi, yaitu :
a.       Pendidikan merupakan proses sosialisasi peserta didik yang terarah, hakikat pendidikan sebagai proses pengoprasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial peserta didik di dalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.  (Sunarto dan Agung Hartanto 2002 : 132)
b.      Diantara tugas guru menurut Roestiyah N.K (1989 dalam Syaiful Sagala, 2011:12) adalah:
a)      Mengarahkan dan membimbing anak sehingga memiliki kedewasaan dalam berbicara, bertindak dan bersikap.
b)      Membimbing anak untuk belajar memahami dan menyelesaikan maslah yang dihadapi muridnya.
c)      Guru harus dapat menstimulasi anak didik untuk memiliki semangat tinggi dan dan gairah yang dalam membentuk kelompok studi, mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler dalam rnagka memperkaya pengalaman.

c.       Metode diskusi adalah suatu penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun alternatif penecahan atas suatu masalah (JJ. Hasibuan dan Moedjiono, 2006:20)

  1. Hubungan antara perubahan sosial dengan komunikasi (atau media komunikasi) yang pernah diamati oleh Goran Hedebro adalah sebagai berikut :
1.      Teori komunikasi mengandung makna pertukaran pesan. Tidak ada perubahan dalam masyarakat tanpa peran komunikasi. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa komunikasi hadir pada semua upaya bertujuan membawa ke arah perubahan.
2.      Meskipun dikatakan bahwa komunikasi hadir dengan tujuan membawa perubahan, namun ia bukan satu-satunya alat dalam membawa perubahan sosial. Dengan kata lain, komunikasi hanya salah satu dari banyak faktor yang menimbulkan perubahan masyarakat.
3.      Media yang digunakan dalam komunikasi berperan melegitimasi bangunan sosial yang ada. Ia adalah pembentuk kesadaran yang pada akhirnya menentukan persepsi orang terhadap dunia dan masyarakat tempat mereka hidup.
4.      Komunikasi adalah alat yang luar biasa guna mengawasi salah satu kekuatan penting masyarakat; konsepsi mental yang membentuk wawasan orang mengenai kehidupan. Dengan kata lain, mereka yang berada dalam posisi mengawasi media, dapat menggerakkan pengaruh yang menentukan menuju arah perubahan sosial.
Nurudin, (2004:26)


2.      Hipotesis
Menurut Arikunto mengunkapkan, “Hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul” Arikunto (2006:71).
Di lihat dari pernyataan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis utama dalam penelitian ini adalah ”Kontribusi Metode Diskusi Dalam Meningkatkan Komunikasi Sosial Diantara Siswa SMAN 3 Garut”. berdasarkan hipotesis utama tersebut, penulis jabarkan dalam sub hipotesis sebagai berikut :
a.       Jika Metode Diskusi memiliki kontribusi yang sangat baik maka akan Meningkatkan Komunikasi Sosial Diantara peserta didik SMAN 3 Garut.
b.      Jika peserta didik banyak terlibat dalam Metode Diskusi maka Komunikasi Sosial Diantara peserta didik SMAN 3 Garut akan baik dengan sesuai yang diharapkan.

F.     Metode Penelitian Dan Teknik Pengumpuan Data
1.      Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan dan menyusun data serta analisis dan interpretasi mengenai arti data yang diteliti. Surakhmad (1992:131) mengemukakan bahwa “Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan alat tertentu. Cara ini digunakan setelah peneliti memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan”.
Berdasarkan pengertian di atas, Penulis mengunakan metode penelitian deskriptif karena sesuai dengan sub masalah yang diangkat dengan memberikan gambaran mengenai situasi objek penelitian yang didasarkan pada hasil penyelidikan berupa fakta-fakta dan keterangan. Maka dari itu fakta-fakta dan keterangan, peneliti dapat menguji kebenaran hipotesis, dan diakhiri dengan menarik kesimpulan tentang masalah yang sedang diteliti. Berkenaan dengan metode deskriptif ini, Sesuai dengan pendapat U. Maman (2001:229) mengatakan  bahwa penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan gejala sosial, politik ekonomi dan budaya dan lain-lain”.
  1. Teknik Pengumpulan Data
a.       Teknik Observasi
Observasi, yaitu suatu teknik penelitian yang di lakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap objek penelitian. (Suharsimi Arikunto, 2006:156)
b.      Angket atau Kuesioner
Angket, yaitu teknik penelitian dalam bentuk komunikasi tidak langsung dimana data di kumpulkan sacara tertulis. Arikunto (2006: 151)
c.       Wawancara atau Interview
Wawancara, yaitu suatu teknik penelitian dalam bentuk komunikasi langsung secara lisan dengan responden untuk memperoleh data dan informasi yang di butuhkan. Arikunto (2006: 145)
d.      Studi literatur
Studi literatur yaitu “studi yang dilakukan untuk mencari data melalui literatur yang berhubungan dengan penelitian melalui buku, catatan, transkrip, surat kabar, majalah atau kepustakaan lainnya” Arikunto, (2006: 230).
G.    POPULASI DAN SAMPEL
1.      Populasi
Menurut Sugiyono (2009 : 61) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Berdasarkan studi pendahuluan, penulis menemukan data bahwa jumlah keseluruhan murid kelas X SMA adalah 342 peserta didik. Dengan demikian, populasi pada penelitian ini berjumlah 342 peserta didik SMAN 3 Garut.
2.      Sampel
Sementara itu, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi (Sugiyono, 2009 : 62).
Berdasarkan studi pendahuluan, penulis menemukan data bahwa jumlah keseluruhan Siswa adalah 342 orang Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Garut Kabupaten Garut Tahun ajaran 2012-2013.
Mengenai penentuan sampel, penulis berpedoman kepada pandangan Suharsimi Arikunto (2006: 120) sebagai berikut :
Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil dari jumlah masyarakat antara 10-25 % atau 20-25% atau lebih tergantung kemampuan penelitian.

Berpedoman kepada pendapat diatas, maka untuk sampel penelitian ini ditetapkan 10% dari jumlah populasi. dengan menggunakan random sampling, yaitu dalam pengambilan sampelnya penelitian mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua objek dianggap sama. dari hasil perhitungan dengan menggunakan 10% dari populasi, maka didapatkan jumlah sampel sebanyak 34.2 dibulatkan menjadi 34 orang peserta didik. Dengan ditambah Guru mata pelajaran PKn sebagai cross cek atau penguat penelitian.
H.    Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya peneliti mengolah data-data tersebut yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.
Berbicara pengolahan data, maka dapat dilakukan dua cara: pertama, cara statistik yaitu menggunakan berbagai rumus statistik, kedua, cara non satistik yaitu dengan cara membandingkan data yang telah diolah dengan standar atau kriteria yang telah dibuat oleh peneliti maupun dengan mencari proporsi, prosentase dan rasio. Mengenai cara yang kedua ini ada yang menyebutnya sebagai analisis statistik sederhana tetapi ada juga para ahli statistik yang mengkategorikannya sebagai metode kualitatif. Lepas dari itu semua, yang jelas kedua cara di atas termasuk penelitian yang ilmiah.
Selanjutnya, dalam penelitian ini penulis menggunakan cara yang kedua, yakni cara non statistik. Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1)      Pengecekan data
Data yang terkumpul dikoreksi kembali untuk mengecek jumlah lembaran yang sesuai untuk dipergunakan.
2)      Menyeleksi data
Langkah ini dilakukan setelah data terkumpul yaitu dengan mengadakan pemilihan data yang benar sehingga dapat menjawab tujuan dan hipotesis penelitian.
3)      Mengklasifikasikan data
Selanjutnya, data yang terkumpul dikelompokkan menurut kategori tertentu sesuai dengan pertanyaan penelitiannya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengolahan data yang selanjutnya dianalisis lebih lanjut dan kemudian diambil kesimpulan.
Data yang telah terkumpul tersebut kemudian ditally untuk ditabulasikan sehingga dapat diketahui frekuensi dari setiap jawaban serta memudahkan membaca dan membandingkan antara jawaban yang satu dengan jawaban yang lainnya.
4)      Menganalisis data
Langkah berikutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan rumus perhitungan prosentase yang dituangkan dalam bentuk sebuah tabel dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a)      Membuat tabel dengan mebuat nomor kolom, alternatif jawaban dan prosentasenya.
b)      Mencari frekuensi yang diteliti dengan jalan menjumlah tallynya dari setiap alternatif jawaban.
c)      Mencari frekuensi seluruhnya dengan jalan menjumlahkan frekuensi-frekuensi yang diobservasi dari tiap alternatif jawaban.
d)     Mencari prosentase dengan rumus sebagai berikut :
P  =    x 100%

Surachmad, (1992: 74)
Keterangan:
P                        = Prosentase jawaban
F                        = Jumlah frekuensi
N            = Jumlah seluruh jawaban
100%     = Bilangan tetap