BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan pendidikan tidak semudah
yang dikatakan. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh
tantangan yang akan selalu berubah seiring dengan perubahan jaman dari waktu
kewaktu. Setiap saat pendidikan selalu menjadi fokus perhatian dalam berbagai
aspek masyarakat dan bahkan tak jarang menjadi sasaran ketidak puasan. Itulah
mengapa pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan
sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan masyarakat.
Sekolah (sebagai instistusi pendidikan
dimana proses pendidikan dilaksanakan) Fungsi sekolah adalah tempat belajar
mengembangkan kecakapan intelektual, serta tempat berlangsungnya proses
pendewasaan sosial” (Arikunto 1994:183). Hal tersebut masih menghadapi berbagai
permasalahan Diantaranya adalah permasalahan ketenagaan khususnya guru seperti
kurangnya jumlah guru, ketidak sesuaian latar belakang pendidikan, kompetensi
guru, pemberdayaan dan kinerjanya. Banyak faktor yang berkaitan dengan guru
tentu menuntut perhatian berbagai pihak terutama adalah kinerjanya. Faktor ini
sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar karena sebaik-baiknya
kurikulum atau bahan ajar, manakala seorang guru kurang baik tentu tidak akan
menghasilkan pendidikan yang optimal dengan sesuai harapan. Dengan demikian,
idealnya setiap guru harus mempunyai kompetensi kependidikan yang memadai dalam
proses pembelajaran.
Mengenai kompetensi,
Muhammad Surya dalam Undang (2008:16) mengatakan bahwa “kompetensi merupakan
seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas professional”.
Selanjutnya, Muhammad Surya dalam Undang (2008:17) melanjutkan bahwa
“kompetensi meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi,
pelatihan dan pengalaman professional”.
Diantara kompetensi
yang sangat menunjang jabatan dan profesi guru adalah kompetensi paedagogik dan
kompetensi profesi. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik dengan berbasis pendekatan yang bersifat
mendidik sehingga melaksanakan fungsi profesionalnya dengan lebih efektif.
Kompetensi pedagogik akan tercermin dalam penampilan kinerja guru dalam
melaksanakan tugasnya, baik di dalam maupun di luar kelas. Kompetensi ini
ditunjang oleh tingkat wawasan guru dalam konsep-konsep pendidikan, pemahaman
terhadap peserta didik, penguasaan strategi melaksanakan tugas mendidik
khususnya dalam pembelajaran, dan kemampuan mengembangkan peserta didik sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. Semua penunjang itu berbasis kepada kualitas
watak kepribadian guru sebagai fondasi kinerja guru secara keseluruhan.
Pembelajaran yang
bersifat mendidik dan dialogis merupakan pembelajaran bukan hanya menyampaikan
sejumlah informasi dari guru kepada peserta didik, melainkan lebih luas yaitu
bersifat mendidik. Untuk itu, proses pembelajaran harus berlangsung dalam
suasana yang bersifat mendidik melalui interaksi yang bersifat dialogis. Bersifat
mendidik dalam arti pembelajaran yang berlangsung dalam suasana mendidik
sehingga semua peserta didik mendapatkan pelayanan untuk berkembang serta
beraktualisasi secara optimal sesuai dengan karakteristik masing-masing. Secara
dialogis mengandung makna bahwa pembelajaran harus berlangsung dalam suasana
interaksi antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta
didik dalam suasana yang saling pengertian. Melalui diskusi yang dinamis ini,
peserta didik diharapkan dapat memahami dirinya sendiri dan mampu mengembangkan
potensi dirinya ke arah yang diharapkan.
Dengan demikian, salah
satu kemampuan penting yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kemampuan
berkomunikasi, terutama kemampuan bertanya yang menstimulasi para siswa untuk
merespon maupun untuk mengeksplorasi sejauh mana pengetahuan siswa mengenai
sebuah materi yang ditindak lanjuti dengan kegiatan pembelajaran yang
komunikatif sehingga siswa dapat terbantu memahami sebuah konsep.
Guru sebagai tenaga
operasional pendidikan merupakan ujung tombak di dalam mencapai tujuan
pendidikan di sekolah. Guru yang
professional adalah guru yang dapat melakukan tugas mengajarnya dengan
baik. Dalam mengajar diperlukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk
kelancaran proses belajar mengajar secara efektif dan efisisien.
Keterampilan-keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru,
antara lain :
1.
Keterampilan
membuka dan menutup kegiatan.
2.
Keterampilan
menjelaskan.
3.
Keterampilan
bertanya.
4.
Ketrampilan
memberi penguatan.
5.
Keterampilan
menggunakan media pembelajaran.
6.
Keterampilan
membimbng diskusi dan kelompok kecil.
7.
Keterampilan
mengelola kelas.
8.
Keterampila
mengadakan variasi.
9.
Keterampilan
mengajar mengorangan dan kelompok kecil.
Udin S.Saud dan Cicih Sutarsih (2007: 56)
Selain Guru adapun faktor lain yang sama pentingnya berpengaruh terhadap
kelangsungan belajar mengajar diantarannya yaitu metode. Penggunaan metode yang
memberikan nuansa baru saat ini sangat dibutuhkan oleh siswa. Terutama untuk
mengatasi kebosanan siswa dengan penggunaan pengajaran yang konvensional.
Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian umum, metode
diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan
dengan menggunakkan fakta-fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Menurut
Sanjaya (2008:33) metode adalah “a way in
achieving something”. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut
Yamin (2007: 133) mengemukakan bahwa “Dalam proses belajar mengajar guru dihadapkan
untuk memilih metode dari sekian banyak metode yang telah ditemui oleh para
ahli sebelum ia menyapaikan materi pengajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran”.
Dalam hal ini metode pembelajaran
merupakan bagian dari strategi insruksional,
metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan,
memberi contoh dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
Tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut.
Menurut
Yamin (2007: 145) mengemukakan bahwa : “Metode diskusi merupakan interaksi
antara siswa dan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan
masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahn tertentu”.
Metode diskusi ini
sejalan Dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003 pada Pasal 4
ayat 1, menyatakan bahwa “Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjungjung tinggi hak asasi
manusia, nilai agama, nilai kultur, dan kemajemukan bangsa”. Metode diskusi menuntut siswa untuk
berkomunikasi secara aktif.
Komunikasi sebenarnya
merupakan proses personal, karena makna atau pemahaman yang didapat pada
dasarnya bersifat pribadi. Namun demikian komunikasi bersifat dinamis, itulah
sebabnya komunikasi sebagai tarnsaksi yang lebih sesuai untuk komunikasi tatap
muka dalam proses pembelajaran. Sehingga respon verbal dan non verbal bisa
langsung diketahui oleh pendidik atau guru. Komunikasi ini menekan pada
komunikasi dua arah dimana penerima serta makna pesan bagi guru dan peserta
didik dapat mengubah kualitas pemahaman terhadap materi pelajaran. Cole dan
Chan menyatakan bahwa “Prinsip komunikasi merupakan prinsip pertama dalam pengajaran
maupun pembelajaran” Sagala (2011:172)
Salah satu mata
pelajaran yang ada di sekolah adalah PKn (Pendidikan Kewarganegaraan). PKn
merupakan mata pelajaran yang diharapkan mampu memberi input kepada para siswa agar memiliki pemahaman tentang hak dan
kewajiban sebagai warga negara, cerdas terampil, dan berkepribadian yang baik. Selain
hal itu dalam pelajaran PKn siswa diharapkan mempunyai komunikasi sosial baik
diantara siswa maupun di lingkungan
masing-masing siswa SMAN 3 Garut. Terkait guru mata pelajaran PKn di SMAN 3
Garut dalam melakukan kegiatan belajar mengajar selalu menggunakan metode
diskusi dengan menanamkan nilai-nilai demokratis kepada siswa.
Dengan latar belakang
yang di paparkan diatas penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian terkait
dengan kontribusi metode diskusi dalam peningkatan komunikasi sosial siswa yang
dituangkan ke dalam skripsi yang berjudul “KONTRIBUSI METODE
DISKUSI DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI SOSIAL DIANTARA PESERTA DIDIK SMAN 3
GARUT”.
B. Rumusan Dan Pembatasan
Masalah
1.
Rumusan
Masalah
Secara umum permasalahan dalam
penelitian ini ialah Bagaimana kontribusi metode diskusi dalam meningkatkan komunikasi
sosial diantara peserta didik kelas X SMA 3 Garut.
2.
Pembatasan
Masalah
Untuk
memudahkan penelitian, penulis mengidentisifikasi masalah secara spesifik
permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
a.
Bagaimana
pelaksanaan metode diskusi di SMAN 3 Garut?
b.
Bagaimana keterlibatan
peserta didik dalam mengikuti metode
diskusi?
c.
Bagimana kontribusi metode
diskusi dalam meningkatkan komunikasi sosial diantara peserta didik SMAN 3
Garut?
C. Tujuan Dan Kegunaan
Penelitian
1.
Tujuan
Umum Penelitian
a.
Tujuan
Umum
Berdasarkan rumusan
masalah diatas, tujuan umum penelitian ini adalah ingin mengetahui kontribusi
metode diskusi dalam meningkatkan komunikasi sosial diantara peserta didik SMAN
3 Garut.
b.
Tujuan
Khusus
Sealur dengan sub masalah di atas,
tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Ingin
mengetahui pelaksanaan metode diskusi di SMAN
3 Garut.
b. Ingin
mengetahui keterlibatan peserta didik dalam
mengikuti metode diskusi.
c. Ingin
mengetahui kontribusi metode diskusi dalam meningkatkan
komunikasi sosial diantara peserta didik SMAN 3 Garut.
2.
Kegunaan
Penelitian
Dari
hasil penelitian dan penulisan skripsi ini diharapkan mempunyai kegunaan,
diantaranya sebagai berikut :
1. Secara
teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi pengetahuan
tentang model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi
belajar peserta didik dalam mata pelajaran PKn.
2. Secara
praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Bagi
instansi sekolah
Dapat
memberikan gambaran mengenai kondisi dan potensi yang dimiliki siswa di
sekolahnya, juga sebagai bahan masukan untuk melakukan supervisi dalam
pembinaan kelas, khususnya pada mata pelajaran PKn.
b. Bagi
guru
Setelah
mengetahui kinerja guru, diharapkan mampu melakukan upaya pembaharuan dalam
proses pembelajaran di kelas, serta guru dapat mengembangkan kemampuan
profesionalnya.
c. Bagi
Peserta Didik
Siswa
menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas serta mampu
menerapkan komunikasi yang baik diantara siswa.
d. Bagi
penulis
Penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengalaman yang dapat menumbuhkan keterampilan dalam
melakukan suatu penelitian, serta penulis dapat memahami lebih dalam mengenai
penelitian ini.
D. Variabel Dan Indikator
Penelitian
1.
Variabel
Mengenai variabel
penulisan mengacu pada pendapat Suharsimi Ari Kunto (2006:101) yang mengatakan
bahwa “Variabel bebas disebut variabel penyebab/variabel (x) yaitu variabel
yang diselidiki pengaruhnya. Variabel akibat (y) yang diramalkan akan timbul
hubungan yang fungsional akibat variable bebas”.
Jika dikaitkan dengan judul penelitian ini maka di
tentukan variabel - variabelnya sebagai berkut :
a.
Variabel Bebas (X), yaitu ”Metode
Diskusi”,
b. Variabel Terikat (Y), yaitu ”Komunikasi Sosial”
2.
Indikator
Jika dikaitkan dengan judul penelitian ini maka di
tentukan Indikator sebagai berkut :
1.
Variabel Bebas (X), yaitu ”Metode
Diskusi”, Indikatornya
adalah sebagai berikut :
a. Mendorong
minat peserta didik terhadap pelajaran yang diikuti
b. Mendorong
peserta didik untuk berpikir kritis
c. Mendorong
peserta didik untuk mengeluarkan pendapat secara bebas
d. Mendorong
peserta didik untuk berkomunikasi anatara guru dan peserta didik lainnya.
- Variabel Terikat (Y), yaitu ”Komunikasi Sosial”, Indikatornya adalah sebagai berikut:
a. Menyerasikan
pendapat yang berbeda
b. Mengurangi
kesalah pahaman
c. Mempertemukan
berbagai kepentingan antar personal
Phil Astrid Susanto (1990:2)
E. Anggapan Dasar dan
Hipotesis
1.
Anggapan
Dasar
Anggapan dasar adalah ”suatu hal yang di yakini secara jelas” (Suharsimi
Ariuknto, 2006:59).
Bertitik tolak dalam pemikiran penelitian ini, penulis
menganggap perlu mengemukakan asumsi, yaitu :
a. Pendidikan
merupakan proses sosialisasi peserta didik yang terarah,
hakikat pendidikan sebagai proses pengoprasian ilmu yang normatif, akan
memberikan warna kehidupan sosial peserta didik di dalam
masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang. (Sunarto dan Agung Hartanto 2002 : 132)
b.
Diantara tugas guru menurut Roestiyah
N.K (1989 dalam Syaiful Sagala, 2011:12) adalah:
a)
Mengarahkan
dan membimbing anak sehingga memiliki kedewasaan dalam berbicara, bertindak dan
bersikap.
b) Membimbing anak
untuk belajar memahami dan menyelesaikan maslah yang dihadapi muridnya.
c) Guru harus dapat
menstimulasi anak didik untuk memiliki semangat tinggi dan dan gairah yang
dalam membentuk kelompok studi, mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler dalam
rnagka memperkaya pengalaman.
c. Metode diskusi
adalah suatu penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada
siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun alternatif penecahan atas suatu
masalah (JJ. Hasibuan dan Moedjiono, 2006:20)
- Hubungan antara perubahan sosial dengan komunikasi (atau media komunikasi) yang pernah diamati oleh Goran Hedebro adalah sebagai berikut :
1.
Teori komunikasi mengandung makna pertukaran pesan. Tidak
ada perubahan dalam masyarakat tanpa peran komunikasi. Dengan demikian, bisa
dikatakan bahwa komunikasi hadir pada semua upaya bertujuan membawa ke arah
perubahan.
2.
Meskipun dikatakan bahwa komunikasi hadir dengan tujuan
membawa perubahan, namun ia bukan satu-satunya alat dalam membawa perubahan
sosial. Dengan kata lain, komunikasi hanya salah satu dari banyak faktor yang
menimbulkan perubahan masyarakat.
3.
Media yang digunakan dalam komunikasi berperan
melegitimasi bangunan sosial yang ada. Ia adalah pembentuk kesadaran yang pada
akhirnya menentukan persepsi orang terhadap dunia dan masyarakat tempat mereka
hidup.
4.
Komunikasi adalah alat yang luar biasa guna mengawasi
salah satu kekuatan penting masyarakat; konsepsi mental yang membentuk wawasan
orang mengenai kehidupan. Dengan kata lain, mereka yang berada dalam posisi
mengawasi media, dapat menggerakkan pengaruh yang menentukan menuju arah
perubahan sosial.
Nurudin,
(2004:26)
2. Hipotesis
Menurut Arikunto mengunkapkan, “Hipotesis
adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul” Arikunto (2006:71).
Di lihat dari pernyataan di atas, maka penulis mengajukan
hipotesis utama dalam penelitian ini adalah ”Kontribusi
Metode Diskusi Dalam Meningkatkan Komunikasi Sosial Diantara Siswa SMAN 3 Garut”. berdasarkan hipotesis utama tersebut,
penulis jabarkan dalam sub hipotesis sebagai berikut :
a.
Jika Metode Diskusi memiliki kontribusi yang sangat baik maka akan Meningkatkan
Komunikasi Sosial Diantara peserta didik SMAN 3 Garut.
b.
Jika peserta didik banyak terlibat dalam Metode Diskusi maka Komunikasi Sosial
Diantara peserta didik SMAN 3 Garut akan baik dengan sesuai yang diharapkan.
F. Metode Penelitian Dan
Teknik Pengumpuan Data
1.
Metode
Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan dan menyusun data serta analisis dan interpretasi
mengenai arti data yang diteliti. Surakhmad (1992:131) mengemukakan bahwa “Metode
merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk
menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan alat tertentu. Cara ini
digunakan setelah peneliti memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan
penyelidikan serta situasi penyelidikan”.
Berdasarkan
pengertian di atas, Penulis mengunakan metode penelitian deskriptif karena
sesuai dengan sub masalah yang diangkat dengan memberikan gambaran mengenai situasi objek penelitian
yang didasarkan pada hasil penyelidikan berupa fakta-fakta dan keterangan. Maka
dari itu fakta-fakta dan keterangan, peneliti dapat menguji
kebenaran hipotesis, dan diakhiri dengan menarik kesimpulan tentang masalah
yang sedang diteliti. Berkenaan
dengan metode deskriptif ini, Sesuai dengan
pendapat U. Maman (2001:229) mengatakan bahwa “penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan gejala sosial, politik ekonomi dan budaya dan lain-lain”.
- Teknik Pengumpulan Data
a.
Teknik Observasi
Observasi, yaitu suatu teknik
penelitian yang di lakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap objek
penelitian. (Suharsimi Arikunto, 2006:156)
b.
Angket atau Kuesioner
Angket, yaitu teknik penelitian
dalam bentuk komunikasi tidak langsung dimana data di kumpulkan sacara
tertulis. Arikunto (2006: 151)
c.
Wawancara atau Interview
Wawancara, yaitu suatu teknik
penelitian dalam bentuk komunikasi langsung secara lisan dengan responden untuk
memperoleh data dan informasi yang di butuhkan.
Arikunto
(2006: 145)
d.
Studi literatur
Studi
literatur yaitu “studi yang dilakukan untuk mencari data melalui literatur yang
berhubungan dengan penelitian melalui buku, catatan, transkrip, surat kabar, majalah atau kepustakaan lainnya”
Arikunto, (2006: 230).
G. POPULASI DAN SAMPEL
1.
Populasi
Menurut Sugiyono (2009 : 61) “Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”.
Berdasarkan studi pendahuluan, penulis
menemukan data bahwa jumlah keseluruhan murid kelas X SMA adalah 342 peserta
didik. Dengan demikian, populasi pada penelitian ini berjumlah 342 peserta
didik SMAN 3 Garut.
2.
Sampel
Sementara itu, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki populasi (Sugiyono, 2009 : 62).
Berdasarkan
studi pendahuluan, penulis menemukan data bahwa jumlah keseluruhan Siswa adalah 342 orang Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri
3 Garut Kabupaten Garut Tahun ajaran 2012-2013.
Mengenai penentuan sampel, penulis berpedoman kepada pandangan Suharsimi
Arikunto (2006: 120) sebagai berikut :
Untuk
sekedar ancer-ancer, maka apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil
semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika
jumlah subjeknya besar dapat diambil dari jumlah masyarakat antara 10-25 % atau
20-25% atau lebih tergantung kemampuan penelitian.
Berpedoman kepada
pendapat diatas, maka untuk sampel penelitian ini ditetapkan 10% dari jumlah
populasi. dengan menggunakan random sampling,
yaitu dalam pengambilan sampelnya penelitian mencampur subjek-subjek di dalam
populasi sehingga semua objek dianggap sama. dari hasil perhitungan dengan
menggunakan 10% dari populasi, maka didapatkan jumlah sampel sebanyak 34.2
dibulatkan menjadi 34 orang peserta didik. Dengan ditambah Guru mata pelajaran
PKn sebagai cross
cek atau penguat penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya peneliti
mengolah data-data tersebut yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.
Berbicara pengolahan data, maka dapat dilakukan dua
cara: pertama, cara statistik yaitu menggunakan berbagai rumus statistik,
kedua, cara non satistik yaitu dengan cara membandingkan data yang telah diolah
dengan standar atau kriteria yang telah dibuat oleh peneliti maupun dengan
mencari proporsi, prosentase dan rasio. Mengenai cara yang kedua ini ada yang
menyebutnya sebagai analisis statistik sederhana tetapi ada juga para ahli
statistik yang mengkategorikannya sebagai metode kualitatif. Lepas dari itu
semua, yang jelas kedua cara di atas termasuk penelitian yang ilmiah.
Selanjutnya, dalam penelitian ini penulis
menggunakan cara yang kedua, yakni cara non statistik. Langkah-langkah yang
ditempuh adalah sebagai berikut:
1)
Pengecekan data
Data
yang terkumpul dikoreksi kembali untuk mengecek jumlah lembaran yang sesuai
untuk dipergunakan.
2)
Menyeleksi data
Langkah
ini dilakukan setelah data terkumpul yaitu dengan mengadakan pemilihan data
yang benar sehingga dapat menjawab tujuan dan hipotesis penelitian.
3)
Mengklasifikasikan data
Selanjutnya,
data yang terkumpul dikelompokkan menurut kategori tertentu sesuai dengan
pertanyaan penelitiannya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengolahan data
yang selanjutnya dianalisis lebih lanjut dan kemudian diambil kesimpulan.
Data
yang telah terkumpul tersebut kemudian ditally
untuk ditabulasikan sehingga dapat diketahui frekuensi dari setiap jawaban
serta memudahkan membaca dan membandingkan antara jawaban yang satu dengan
jawaban yang lainnya.
4)
Menganalisis data
Langkah
berikutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan rumus perhitungan
prosentase yang dituangkan dalam bentuk sebuah tabel dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a)
Membuat tabel dengan mebuat nomor kolom,
alternatif jawaban dan prosentasenya.
b) Mencari
frekuensi yang diteliti dengan jalan menjumlah tallynya dari setiap alternatif jawaban.
c) Mencari
frekuensi seluruhnya dengan jalan menjumlahkan frekuensi-frekuensi yang
diobservasi dari tiap alternatif jawaban.
d) Mencari
prosentase dengan rumus sebagai berikut :
P
= x
100%
Surachmad, (1992: 74)
Keterangan:
P =
Prosentase jawaban
F =
Jumlah frekuensi
N = Jumlah seluruh jawaban
100% = Bilangan tetap